Ketapang, KABAR KETAPANG – Kecamatan Air Upas di Kabupaten Ketapang kini menghadapi situasi darurat yang semakin mengkhawatirkan. Peredaran narkoba di wilayah ini dinilai sudah tidak terkendali. Ironisnya, narkoba bukan lagi hal asing di kalangan masyarakat. Bahkan, anak-anak sekolah dasar pun kini bisa mendapatkan narkoba hanya dengan uang Rp20 ribu.
Kondisi ini disuarakan oleh, Goda Tohan salah seorang pemuda setempat yang selama ini aktif mengampanyekan bahaya narkoba melalui media sosial. Dalam keterangannya, ia menyebut bahwa keresahan masyarakat Air Upas telah mencapai titik tertinggi, lantaran narkoba seperti Sabu dan Inex bisa diakses secara terbuka dan bebas, tanpa ada upaya nyata yang terlihat untuk menghentikannya.
“Saya sebagai pemuda di Air Upas ini sangat was-was. Kita bisa lihat sendiri di lapangan, mereka sampai membuka lapak, ini sungguh ironis dan sangat meresahkan,” katanya, Senin (5/8/2025).
Dirinya menilai, bahwa menjamurnya bisnis yang merugikan masyarakat lantaran tidak adanya penindakan terhadap para bandar narkoba, bahkan di Air Upas yang kerap ditangkap hanya pengguna atau kaki tangan saja sedangkan para bandar bebas bekeliaran misalkan warga berinisial I dan T selaku terduga bandar di Air Upas serta para pengedar dibawah keduanya berinisial Y, R dan W.
“Ini menimbulkan pertanyaan besar bagi kami, apakah ada permainan di balik ini semua, padahal mereka jualanpun ada lapaknya seperti di RT 07 Dusun Air Tebadak Desa Air Upas, semua tahu itu hanya saja kami ada keterbatasan tidak bisa menangkap, jadi jika aparat tidak tahu kami bisa tunjukkan,” tegasnya.
Ia mengaku bahwa keluarganya juga menjadi korban. Sang adik, menurutnya, pernah terjerat penyalahgunaan narkoba. Hal ini membuat dirinya semakin yakin bahwa pemberantasan narkoba tidak hanya pada kepedulian masyarakat tapi harus ada tindakan nyata dan tegas aparat.
“Kami siap dilibatkan oleh pihak kepolisian. Kami bisa jadi mata dan telinga aparat. Tapi selama ini belum ada langkah konkret untuk melibatkan masyarakat dalam upaya pemberantasan narkoba. Kami menunggu itu,” lanjutnya.
Ia menyampaikan bahwa banyak warga merasakan hal yang sama, namun merasa tak berdaya. Salah satu bentuk kekecewaannya adalah terhadap belum optimalnya peran subpolsektor yang dibangun dengan harapan besar oleh masyarakat.
“Awalnya kami punya harapan besar saat subpolsektor dibangun di Air Upas, apalagi itu pakai dana swadaya masyarakat. Kami pikir ini bisa jadi solusi untuk menekan tindak peredaran narkoba. Tapi nyatanya, sampai hari ini belum berjalan maksimal. Bahkan justru muncul opini liar di masyarakat bahwa maraknya narkoba ini diduga ikut dipupuk oleh oknum-oknum,” tambahnya.
Harapan muncul, ketika Kapolres Ketapang baru telah dilantik, dirinya meminta agar Kapolres Ketapang yang baru mampu membawa perubahan nyata dan menjawab harapan masyarakat.
“Kami harap, Kapolres yang baru bisa lebih peka dan menaruh perhatian khusus pada Air Upas. Kami masyarakat siap dilibatkan dalam pemberantasan narkoba. Kami bisa jadi mata dan telinga aparat. Jangan sampai masyarakat terus curiga dan beropini negatif soal fakta di lapangan tidak sejalan dengan harapan,” ucapnya.
Senada dengan suara pemuda tersebut, Kepala Desa Air Upas, Agus Purwanto juga menyampaikan kegelisahan yang sama. Ia mengatakan bahwa narkoba bukanlah hal baru di wilayahnya, dan sebagian besar masyarakat bahkan tahu siapa saja aktor-aktor di balik peredarannya.
“Siapa bandar dan pengedar narkoba di Air Upas ini bukan rahasia lagi. Masyarakat tahu, kami tahu. Tapi yang terjadi, yang ditangkap hanya pemakai dan kaki tangannya saja. Bandarnya tetap aman. Maka wajar kalau masyarakat mulai bertanya-tanya, apakah mereka ini punya pelindung?” katanya.
Kepala desa menekankan bahwa pihak pemerintah desa memiliki keterbatasan kewenangan dalam penindakan. Yang bisa mereka lakukan hanya sebatas edukasi dan imbauan kepada masyarakat. Namun, melihat semakin maraknya peredaran narkoba hingga ke kalangan anak-anak, ia menilai bahwa ini bukan lagi persoalan ringan yang bisa dibiarkan berlarut-larut.
“Kami sebagai pemerintah desa juga merasa malu dengan tingginya angka penyalahgunaan narkoba di Air Upas ini. Bahkan sekarang, anak-anak SD pun sudah bisa memakai narkoba. Mereka beli hanya dengan uang Rp20 ribu. Coba bayangkan, seberapa mudah akses narkoba di sini?” kesalnya.
Selain merusak masa depan generasi muda, peredaran narkoba juga telah memicu meningkatnya angka kejahatan lainnya. Hal tersebut disampaikan satu diantara warga Air Upas lainnya, belakangan ini terjadi peningkatan kasus pencurian, bahkan pembakaran rumah warga, yang diduga kuat berkaitan dengan efek dari penyalahgunaan narkoba.
“Bukan cuma narkoba yang jadi masalah. Tapi karena narkoba, muncul kejahatan lain. Ada pencurian, perkelahian, bahkan baru-baru ini terjadi pembakaran rumah. Ini sudah sangat memprihatinkan,” ungkapnya.
Ia juga berharap agar pemerintah daerah dan aparat penegak hukum dapat bertindak lebih serius dan tidak hanya menangani kasus ini di permukaan. Salah satu permintaan utama masyarakat Air Upas adalah pembentukan Badan Narkotika Nasional (BNN) di Kabupaten Ketapang.
“Kami sangat berharap pembentukan BNN di Ketapang bisa segera direalisasikan. Karena kalau tidak, peredaran narkoba ini akan semakin menggila. Bahasa kasarnya, narkoba di Air Upas ini sudah seperti jual kacang. Semua orang tahu, semua orang bisa beli, semua orang bisa pakai,” katanya dengan nada kecewa.
Kondisi darurat narkoba di Air Upas bukan hanya persoalan keamanan, tapi juga persoalan masa depan daerah. Warga kini berharap agar aparat penegak hukum, khususnya kepolisian, tidak hanya menyentuh permukaan dengan menangkap pengguna dan kaki tangan, tapi juga menelusuri dan menindak tegas jaringan pengedarnya.
Masyarakat juga meminta agar mereka tidak hanya dianggap sebagai penonton. Jika pihak kepolisian bersedia melibatkan pemuda dan tokoh masyarakat, kerja-kerja pengawasan dan pencegahan bisa lebih efektif.
Desakan pembentukan BNN Kabupaten Ketapang pun menguat. Bagi warga Air Upas, langkah ini bukan sekadar wacana, melainkan kebutuhan mendesak untuk menyelamatkan generasi muda dari jurang narkoba yang makin dalam.
Apalagi, menurutnya di Air Upas terdapat tempat hiburan malam (THM) yang terkenal se Kabupaten Ketapang bernama RJM. Lokasi inipun disinyalir dan diduga menjadi salah satu tempat peredaran narkoba lantaran dilokasi tempat hiburan malam ini sering dilaksanakan event-event hiburan pada malam harinya.
Saat dikonfirmasi, terkait keluhan dan kondisi peredaran narkoba di Kecamatan Air Upas, Kasat Narkoba Polres Ketapang, AKP Aris Pamudji Widodo mengaku belum bisa memberikan keterangan lantaran sedang berada diluar kotak
“Saya masih di pontianak, terkait masalah pemberitaan itu satu pintu lewat Humas atas seizin Kapolres, terimakasih,” ujarnya. (Br)